Tujuan Pengujian Mutu Benih
Pengujian mutu benih di laboratorium bertujuan untuk mengetahui kualitas benih,meliputi kualitas genetis, morfologis/fisik, dan fisiologis benih yang digunakan untuk
keperluan penanaman. Keterangan mutu benih tersebut mungkin diperlukan oleh
produsen, pengawas, pedagang, maupun pemakai benih. Keterangan mutu benih untuk
keperluan pengawasan dan sertifikasi benih, pengujian mutunya harus dilakukan di
laboratorium Balai Pengawasan Sertifikasi Benih yang terdapat di setiap daerah.
Pengujian mutu benih di laboratorium dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu
pengujian standar dan pengujian khusus. Pengujian standar adalah pengujian untuk
keperluan pengisian/pengecekan data label. Pengujian standar umumnya terdiri atas (1)
pengujian kadar air, (2) pengujian kemurnian, (3) penetapan varietas lain, dan (4)
pengujian daya tumbuh.
Pengujian khusus atau spesifik adalah pengujian tentang sifat-sifat benih yang
mencirikan mutu spesifik benih atau kelompok benih dan hanya dilakukan atas
permintaan khusus dari pengirim/pemilik benih. Pengujian khusus terdiri atas (1)
pengujian viabilitas benih secara biokemis, (2) penetapan bobot 1000 butir, (3) pengujian
heterogenitas kelompok benih, (4) pengujian kesehatan benih, (5) pengujian
kebenaran/verifikasi jenis/kultivar, dan (6) pengujian vigor.
Prosedur pengujian mutu benih menggunakan beberapa standar, yaitu:
1. BPSB (Balai Pengawasan dan Sertifikasi Benih), merupakan lembaga pemerintah Indonesia yang dibentuk berdasarkan SK Mentan 460/KPTS/ORG/I/1971. Meskipun Indonesia tidak menjadi anggota ISTA, tetapi patokan yang digunakan untuk menganalisis benih sama dengan ketentuan yang berlaku di ISTA.2. ISTA (International Seed Testing Association), merupakan lembaga sertifikasi swasta yang berhak menerbitkan sertifikat benih yang dihasilkan oleh negara-negara anggotanya. Banyak negara di Eropa yang menjadi anggota lembaga ini.
3. AOSCA (Association of Official Seed Certifying Analysts), merupakan lembaga sertifikasi yang berhak menerbitkan sertifikat bagi benih yang akan diperdagangkan di Amerika Serikat.
4. OECD (Organization for Economic Cooperation and Development), merupakan lembaga sertifikasi yang berhak menerbitkan sertifikat bagi benih yang akan diperdagangkan di Eropa.
Pengambilan contoh benih
Tujuan dari pengambilan contoh adalah untuk mendapatkan contoh dalam jumlah
yang sesuai untuk pengujian, dan mempunyai susunan komponen yang sama dengan
kelompok benihnya. Kelompok benih ialah sejumlah tertentu dari benih baik dalam bulk,
silo, ataupun wadah dengan persyaratan sebagai berikut:
1. setiap bagian mempunyai komposisi dan kualitas yang sama.
2. kuantitas maksimum adalah:
(1) benih tanaman pertanian dan hortikultura yang ukuran bijinya lebih besar atau
sama dengan biji Triticum spp. adalah 20.000 kg ,
(2) benih tanaman pertanian yang ukuran bijinya kurang dari biji Triticum spp. adalah
10.000 kg,
(3) benih tanaman keras (tree seed) dengan ukuran biji lebih besar atau sama dengan
biji Fagus spp. adalah 5.000 kg
(4) benih yang ukuran bijinya lebih kecil dari biji Fagus spp. adalah 1.000 kg.
Bagi kelompok benih dengan kuantitas melebihi ketentuan di atas, maka kelompok
benih tersebut harus dipecah menjadi beberapa bagian dengan kuantitas yang tidak
melebihi ketentuan yang ditetapkan.
Contoh benih ialah sejumlah tertentu benih yang mewakili dari suatu kelompok
benih yang cara pengambilannya memenuhi ketentuan yang ditetapkan. Contoh primer
ialah contoh benih yang didapat dari satu kali pengambilan baik dari bulk, silo, wadah
benih ataupun aliran benih. Contoh komposit ialah gabungan dari semua contoh primer.
Contoh kiriman ialah contoh benih yang didapat dengan jalan pengurangan yang merata
dari contoh komposit untuk dikirim ke laboratorium benih guna keperluan pengujian
mutu. Contoh kerja ialah contoh benih yang di dapat dengan jalan pengurangan yang
merata dan bertahap dari contoh kiriman sesuai dengan berat yang ditetapakan untuk
keperluan salah satu pengujian mutu di laboratorium.
Cara pengambilan contoh kiriman.
Petunjuk Umum
Pada kenyataannya suatu kelompok benih tidak pernah benar-benar homogen. Olehkarena itu ditetapkan cara-cara pengambilan contoh supaya diperoleh contoh yang
mewakili. Dalam rangka sertifikasi dan pengawasan hanya petugas yang diberi wewenang
yang dapat melakukan pengambilan contoh benih untuk keperluan pelabelan dan
pengecekan label. Cara pengambilannya harus memenuhi ketentuan-ketentuan yang
telah ditetapkan. Suatu kelompok benih harus sedemikian rupa sehingga setiap wadah
atau bagiannya dapat diambil contohnya. Pemilik benih harus memberi keterangan yang
terinci tentang asal benih. Apabila diketahui bahwa kelompok benih tidak seragam, maka
petugas pengambil contoh berhak menolak untuk melaksanakan pengambilan contoh.
Kelompok benih yang beratnya sama pada setiap wadah, maka contoh akan
diambil secara acak dari setiap wadah, atau aliran benih. Pada benih-benih yang lengket
pengambilan contoh dilakukan dengan tangan, sedangkan untuk benih lainnya digunakan
alat pengambil contoh benih.
Bagi benih yang disimpan dalam wadah-wadah kecil seperti kaleng, paket atau
wadah yang kedap air, kantong kertas dan lain-lan sebaiknya pengambilan contoh
dilakukan sebelum benih tersebut dimasukkan ke dalam wadah. Apabila hal ini tidak
mungkin, maka sejumlah wadah yang mewakili harus dibuka kemudian sesudahnya
wadah tersebut harus disegel kembali atau dipindahkan ke wadah yang baru.
Contoh-contoh primer yang menunjukkan perwujudan yang seragam digabung
menjadi contoh komposit. Biasanya contoh tersebut terlalu banyak untuk langsung
dikirim ke laboratorium, karenanya diadakan pengurangan sesuai dengan berat yang telah
ditetapkan bagi tiap-tiap spesies.
Alat pengambil contoh dan cara penggunaannya
1. Pengambil contoh tipe batang (stick trier)Alat tersebut pada prinsipnya terdiri dari satu tabung dengan selubung penutup,
terbuat dari bahan yang tahan karat. Bagian ujungnya meruncing, tidak atau mempunyai
beberapa celah dengan jumlah dan ukuran tertentu, sesuai dengan macam benih dan
wadahnya. Misal untuk benih serealia dalam karung, panjang tabung 76,2 cm, diameter
2,54 cm dengan 6 celah. Sedangkan yang disimpan dalam silo/bin panjangnya sampai 160
cm, diameter 3,8 cm dengan 6-9 celah.
Tongkat pengambilan contoh tanpa celah penggunaannya secara horizontal, vertikal
ataupun secara diagonal. Pada saat penusukkan dalam posisi apapun tongkat pengambil
contoh harus dalam keadaan tertutup dan bagian yang bercelah menghadap ke bawah.
Sesudah itu tongkat diputar sedemikian rupa hingga tiap-tiap celah terisi seluruhnya
dengan benih, kemudian ditutup perlahan-lahan agar benih tidak rusak/pecah, lalu ditarik
hati-hati dan benihnya ditampung. Bekas-bekas lubang tusukan pada karung dirapihkan
kembali.
2. Pengambil contoh Nobbe
Alat pengambil contoh Nobbe berbentuk tabung dengan ujung yang meruncing dan
mempunyai lubang oval dekat pada ujungnya, dibuat cukup panjang untuk mencapai
bagian tengah karung. Panjang keseluruhan dari alat tersebut ± 50 cm, terdiri dari gagang
10 cm, ujung yang lancip 6 cm, hingga bagian yang dapat menampung benih tinggal 34
cm. ini sangat cocok untuk mencapai bagian tengah dari berbagai ukuran karung. Untuk
benih serealia, diameter lubang 1,4- cm dan untuk clover atau benih yang sejenis cukup 1
cm. Pengambilan contoh nobbe hanya cocok untuk pengambilan contoh benih dalam
karung, tetapi tidak dapat digunakan bagi benih yang disimpan dalam bulk/onggokan.
Cara penggunaan alat ini adalah dengan jalan menusukkan ke dalam karung dengan
sudut 30° (terhadap garis horizontal), lubang menghadap ke bawah hingga mencapai
bagian tengah karung. Kemudian diputar 180° agar lubang menghadap ke atas dan alat
tersebut lalu ditarik dengan kecepatan yang makin berkurang hingga benih yang jatuh
dalam lubang mewakili seluruh bagian sepanjang penusukkan. Apabila pengambil contoh
nobbe yang digunakan cukup panjang hingga dapat mencapai bagian sisi yang lain dari
karung, maka harus ditarik dengan kecepatan yang tetap. Penusukkan pada karung
dilakukan pada bagian atas, tengah dan bawah.
3. Pengambilan contoh dengan tangan
Untuk benih yang lengket dan bersekam pengambilan contoh dilakukan dengantangan. Kelemahannya kedalaman maksimum yang dicapai hanya ± 40 cm, berarti tidak
dapat mengambil contoh pada bagian bawah karung atau bin. Untuk hal tersebut
digunakan cara khusus, yaitu dengan jalan mengurangi sebagian atau mengosongkan isi
karung dan isinya dikembalikan lagi setelah pengambilan contoh dilakukan.
Intensitas pengambilan contoh:
- Benih dalam karung.
Kelompok benih yang terdiri dari satu karung saja, cara pengambilan contohnya harus
dilakukan beberapa kali dari berbagai sudut. Kelompok benih yang terdiri dari 1-6 karung
pengambilan contohnya dilakukan pada setiap karung. Untuk kelompok benih yang terdiri
lebih dari 6 karung pengambilan contohnya dilakukan pada 5 karung ditambah paling
sedikit 10% dari jumlah seluruh karung dengan pembulatan ke atas, maksimum 30
karung. Pemilihan karung yang akan diambil contohnya dilakukan secara acak.
Benih dalam bulk
Pengambilan contoh dilakukan dengan dasar seolah-olah benih tersebut disimpan
dalam karung dengan ukuran standar. Pengambilan dilakukan dari berbagai sudut bulk.
- Benih dalam wadah kecil
Pengambilan contoh dilakukan dengan cara mengambil sejumlah wadah tanpa
dibuka yang beratnya diperkirakan dapat memenuhi ketentuan seperti pada tabel 1.
Berat isi dari satu atau beberapa wadah dari satu kelompok benih dianggap mewakili isi
seluruh wadah.
- Berat minimum contoh kiriman
Berat minimum contoh kiriman yang diperlukan bagi pengujian benih laboratoris
dapat dilihat dari daftar tabel 1, kecuali untuk keperluan penetapan kebenaran
species/kultiar/varietas, tempat asal, dan pengujian heterogenitas ditentukan tersendiri.
Apabila contoh kiriman tidak memenuhi ketentuan dalam daftar tabel 1 disebabkan harga
benih yang sangat mahal, maka dalam laporan hasil pengujian ditulis; berat contoh
kiriman hanya ........ gram, tidak memenuhi persyaratan yang ditetapkan.
- Pemberian tanda segel dan pengiriman
Tiap contoh kiriman hendaklah diberi tanda dan disertai dengan keterangan yang
diperlukan hingga diketahui hubungannya dengan kelompok benih dari mana contoh
tersebut diambil, kemudian disegel. Sebaiknya contoh tersebut dimasukkan ke dalam
kantong kertas, yute, kain, atau plastik untuk menghindari kerusakan dalam perjalanan.
Contoh untuk pengujian daya tumbuh sebaiknya jangan dimasukkan ke dalam kantong
plastik, sebaliknya untuk penetapan kadar air. Apabila pemilik benih ingin menguji sendiri
contoh benihnya, hendaknya merupakan duplikat dari contoh yang dikirim ke
laboratorium pemerintah.
Cara mendapatkan contoh kerja
Contoh kerja didapatkan dengan jalan pengurangan secara merata dan bertahap daricontoh kiriman sedemikian rupa hingga contoh tersebut mewakili kelompok benihnya.
Cara mendapatkan contoh kerja ada 4 macam yaitu;
a. Cara membagi mekanis
Cara membagi mekanis dapat digunakan untuk segala macam benih, kecuali bagibenih yang lengket atau bersekam. Alat yang digunakan adalah pembagi mekanis
(mechanical devider). Prinsip kerja alat tersebut adalah dapat membagi benih yang
dimasukan ke dalamnya menjadi 2 bagian yang sama. Untuk mendapatkan contoh kerja
yang homogen, kedua bagian tersebut bersama-sama dimasukkan kembali ke dalamnya
dan akan terbagi menjadi 2 bagian lagi. Hal tersebut diulang 2 atau 3 kali. Pengurangan
dilakukan dengan jalan memasukkan satu bagian kedalam alat tersebut untuk dijadikan 2
bagian yang sama, begitu seterusnya sampai mendapatkan contoh kerja dengan berat
sesuai dengan ketentuan dalam tabel 1. Macam alat pembagi mekanis adalah: conical
devider, soil devider, dan centrifugal devider (gamet type).
b. Cara mangkok
Cara ini digunakan untuk benih-benih kecil (kubis, bayam, tembakau, rumput-rumputan dan lain-lain) yang sifatnya tidak mudah melenting dan menggelinding dan
berat minimum contoh kerjanya kurang atau sama dengan 10 gram. Prinsip kerjanya
adalah 6 atau 8 mangkok diletakkan secara acak di atas sebuah baki, kemudia benih yang
telah diaduk terlebih dahulu ditaburkan secara merata di atasnya. Benih yang jatuh ke
dalam mangkok setelah dikumpulkan merupakan contoh kerja. Mula-mula ditimbang isi
dari 6 mangkok. Apabila belum memenuhi berat minimum, ditambah dengan satu atau
dua mangkok berikutnya. Bilamana isi kedelapan mangkok tersebut masih belum
memenuhi ketentuan, pekerjaan harus diulang kembali.
c. Cara sendok (spoon methode)
Cara ini hanya digunakan untuk benih-benih yang amat kecil dan tidak lengket. Benihdiaduk-aduk, lalu ditebarkan merata di atas baki, dengan menggunakan sendok dan
spatula sejumlah benih diambil secara acak dari berbagai tempat, hingga tercapai berat
minimum contoh kerja. Jumlah pengambilan paling sedikit 5 kali.
d. Cara parohan dan modifikasinya
Alat yang digunakan adalah sebuah baki dan sebuah kotak yang terbagi atasbeberapa bagian berbentuk kubus dengan ukuran yang sama. Setengah dari jumlah
kubus-kubus tersebut bagian bawahnya tidak beralas dan diatur secara berselang seling
dengan yang beralas. Prinsip kerjanya adalah kotak tersebut diletakkan di atas baki,
kemudian benih yang telah diaduk-aduk sebelumnya ditebarkan merata di atasnya.
Dengan mengangkat kotaknya, lebih kurang separuh dari contoh benih akan tertinggal di
atas baki. Pekerjaan dapat diulang beberapa kali hingga benih yang tertinggal di baki
mencapai jumlah berat contoh kerja yang ditentukan.
Modifikasi cara ini adalah sebagai berikut: benih, dituangkan di atas suatu
permukaan yang datar dan rata, diaduk-aduk, kemudian dengan suatu alat pipih yang
bertepi rata (misalnya spatula), dibagi menjadi 2 bagian. Tiap bagian dibagi lagi menjadi 2
bagian, dan seterusnya hingga didapat 8 bagian yang lebih kurang sama. Dengan
mengambil bagian-bagian yang berselang seling secara hati-hati, contoh benih tersebut
dapat terbagi contoh kerja yang dikehendaki.
- Berat minimum contoh kerja
Berat minimum contoh kerja untuk pengujian kemurnian harus memenuhi
persyaratan seperti ketentuan dalam daftar 1 dengan beberapa pengecualian, yaitu:
a. Benih yang tidak terdapat dalam daftar 1, berat contoh kerja kemurnian dan hal-hal
yang sehubungan ditentukan dengan menggunakan daftar 1, yang bijinya mempunyai
ukuran dan berat yang sama dengan biji contoh tersebut (dengan jumlah ± 2500 biji).
b. Benih dari spesies dengan ukuran ekstra kecil atau besar berat contoh kerja kemurnian
didasarkan pada jumlah yang tidak kurang dari 2000 biji tanpa mempertimbangkan
daftar 1 (beratnya tidak boleh kurang dari 0,25 gram).
Penyimpanan contoh benih
- Sebelum pengujian
Apabila contoh benih tidak dapat langsung diuji, maka harus disimpan sedemikian
rupa sehingga perubahan mutu dapat ditekan sedikit mungkin, misalnya disimpan dalam
ruang yang sejuk dan berventilasi cukup. Untuk mempertahankan kadar air benih dapat
disimpan dalam wadah kedap udara dan ruangan dengan suhu 20-22°C. Di samping itu
penyimpanan jangan sampai menyebabkan bertambahnya jumlah biji keras (pada
leguminosae). Oleh karena itu hendaknya diusahakan agar pengujian dilakukan segera
setelah contoh benih diterima di laboratorium.
- Sesudah pengujian
Sisa contoh benih dan contoh kerja harus disimpan paling tidak 1 tahun. Hal ini
penting karena mungkin harus dilakukan pengujian ulangan baik di laboratorium semula
atau laboratorium lain. Penyimpanan harus dilakukan di ruangan yang sejuk, cukup
ventilasi dan suhunya dapat diatur. Suhu dan kelembapan nisbi yang tinggi menyebabkan
kemunduran viabilitas dengan cepat, dan ini harus dihindari, walaupun tidak bertanggung
jawab akan kemunduran daya tumbuh selama penyimpanan. Perlakuan dengan
insektisida dan fungisida kadang-kadang diperlukan.
A. Penetapan Kadar Air
Kadar air benih ialah berat air yang hilang karena pemanasan, atau air yang dapatdikumpulkan karena destilasi (dengan cara yang ditetapkan) yang dinyatakan dalam
persen terhadap berat asli contoh benih. Tujuan penetapan kadar air benih adalah untuk
mengetahui kadar air benih dengan menggunakan metode yang sesuai bagi keperluan
rutin.
Prinsip dalam penetapan kadar air benih adalah mengusahakan penguapan air
sebanyak mungkin tetapi dapat menekan terjadinya oksidasi, decomposisi atau hilangnya
zat-zat yg mudah menguap. Alat yang diperlukan untuk penetapan kadar air terdiri dari
(1) Alat penghancur benih (seed grinder dan atau alat penumbuk), (2) Oven dan
pelengkapannya yaitu desicator/cawan porselin bertutup, tang asbes, sarung tangan
asbes, (3) Alat destilasi, (4) Saringan dengan ukuran lubang 0,50 mm, 1,00 mm dan 4,00
mm, (5) Timbangan analitik.
Prosedur
Contoh kiriman yang dapat diterima di laboratorium adalah yang memenuhi
persyaratan, yaitu dimasukkan dalam wadah kedap udara. Selama penetapan sedikit
mungkin contoh berhubungan dengan udara luar. Untuk spesies yang tidak memerlukan
penumbukan, contoh benih tidak boleh lebih dari 2 (dua) menit berasa di luar sebelum
9
dimasukkan ke dalam oven/alat distilasi/alat pengukur kadar air. Penimbangan dilakukan
dalam gram dengan ketelitian 3 desimal.
- Contoh kerja
Penetapan kadar air dilakukan dengan menggunakan 2 ulangan yang pengambilan
contoh kerjanya dilakukan secara terpisah. Berat yang ditetapkan tergantung dari metoda
yang dipakai dan ukuran wadah (crucible). Pada metoda oven contoh kerja yang
diperlukan adalah 4-5 gram (bila digunakan wadah dengan diameter < 8 cm) atau 10 gram
(bagi wadah dengan diameter 8 cm), sedangkan untuk metoda distilasi tidak ditentukan
asal dapat diperoleh air 2-5 ml.
Cara mengambil contoh kerja dari contoh kiriman adalah dengan jalan mengaduk
terlebih dahulu contoh kiriman atau memasukkan contoh kiriman ke dalam kedua wadah
tersebut, agar diperoleh contoh kerja yang representatif dan homogen. Waktu yang
diperlukan untuk mengambil contoh kerja tidak boleh lebih 30 detik.
Menghancurkan benih
Benih yang besar harus dijadikan partikel/butir-butir yang lebih kecil dengan cara
digiling atau ditumbuk. Pengecualian berlaku bagi yang kandungan minyaknya sangat
tinggi hingga sulit digiling atau minyaknya mengandung yodium tinggi (contohnya benih
limun), karena akan terjadi oxidasi. Menggiling/menumbuk benih dilakukan pada
subsample sebelum contoh kerja diambil. Persyaratan besarnya partikel/butir-butir hasil
tumbukan tidak sama, tergantung dari spesiesnya, yaitu:
(a). Bagi benih serealia (termasuk jagung, padi, dan sorghum) dan kapas minimum 50%
dari partikel harus dapat melewati saringan dengan mesh 0,50 mm dan tidak lebih
dari 10% tertinggal pada saringan dengan mash 1,00 mm.
(b). Bagi benih leguminosa (ficia, phaseolus, pisum, dan lupinus) dan tanaman keras
(tree seed) seperti quercus dan fagus, minimum 50% dari partikel harus melewati
saringan dengan mesh 4,00 mm.
- Pengeringan pendahuluan
Pada benih yang memerlukan penghancuran apabila kadar airnya diperkirakan
cukup tinggi (dicek dengan alat pengukur kadar air), yaitu untuk benih kedele > 10% benih
padi > 13% atau > 17% untuk serealia lainnya, maka perlu dilakukan pengeringan
pendahuluan sebagai berikut:
1. Untuk benih dengan kadar air > 20%
Ambil contoh seberat 50 gram yang ditimbang dengan ketelitian 3 desimal.
Hamparkan benih tersebut secara merata pada wadah yang bersih dan kering dan sudah
diketahui beratnya. Ketebalan lapisan benih tidak boleh lebih dari 22 mm. lakukan tahap
pengeringan sebagai berikut:
a. Untuk benih jagung dengan kadar air > 25%, pengeringan pendahuluan dengan
memasukkan benih ke dalam oven pada suhu 70°C selama 2-5 jam.
b. Untuk beberapa spesies dengan kadar air > 30%, hamparan benih tersebut dibiarkan
selama satu malam ditempat yang hangat, misalnya: di atas oven yang dipanaskan.
c. Untuk beberapa benih dapat juga pengeringan dengan memasukkan ke dalam oven
pada suhu 130°C selama 5-10 menit.
2. Untuk benih dengan kadar air ≤ 20%
Ambil contoh kerja secara duplo masing-masing seberat 10 gram dengan ketelitian 3
desimal. Tempatkan secara merata dalam petridish yang telah diketahui beratnya,
keringkan dalam oven dengan suhu 130°C selama 5-10 menit tergantung kadar air
benihnya.
Setelah selesai proses pengeringan pendahuluan, benih dibiarkan dalam keadaan
terbuka pada suhu ruang selama 1-2 jam supaya dingin. Kemudian benih tersebut
ditimbang dengan ketelitian 3 desimal. Dari hasil pengeringan pertama ini akan diperoleh
Sp. Untuk mendapatkan S
lakukan penetapan kadar air dengan metoda oven seperti
yang akan diuraikan.
Metoda Pengujian yang digunakan tergantung pada spesies yang akan diuji kadar airnya.
1. Metoda oven dengan suhu rendah konstan untuk spesies seperti tercantum pada tabel
8.1. Bagi benih yang memerlukan penghancuran/penumbukan/penggilingan harus
dilakukan pengeringan dua tahap (pengeringan pendahuluan) apabila diperkirakan
kadar airnya 18% (untuk benih leguminosae 20%)
2. Metoda oven suhu tinggi konstan (130°C + 3°C), untuk spesies seperti tercantum pada
tabel 8.2.
3. Metoda destilasi bagi spesies seperti tercantum pada tabel 8.3. Cara kerja masing-
masing metoda adalah sebagai berikut:
Cara kerja metoda oven dengan suhu rendah konstan
Contoh kerja dimasukkan ke dalam wadah (cawan porselin crusibles petridish +tutup), timbang cawan + tutup sebelum dan sesudah benih dimasukkan. Segera wadah
tersebut dimasukkan ke dalam oven yang sudah mencapai panas 105°C dalam keadaan
terbuka selama 17 + 1 jam selama pengeringan suhu oven harus dijaga sekitar 105°C ± 2°C
setelah pengeringan selesai, wadah ditutup dan diletakkan dalam desikator, untuk
pendinginan selama 30-45 menit. Sesudah dingin wadah + isi + tutup ditimbang, saat
mengerjakan penetapan kadar air ini, kelembaban udara nisbi laboratorium harus di
bawah 70%.
Cara kerja metoda oven dengan suhu tinggi konstan
Prosedur sama dengan di atas, kecuali suhu diatur 130°C + 3°C, selama 4 jam untukjagung (zee mays), 2 jam untuk serealia lainnya dan 1 jam untuk spesies lainnya. Pada saat
pelaksanaan tidak memerlukan persyaratan kelembaban nisbi tertentu di laboratorium.
Metoda destilasi
Sebelum digunakan alat kondensasi dan gelas dicuci dengan larutan kalium
dickromate dalam asam belerang. Bilas dengan air lalu dengan alkohol dan dikeringkan
dalam oven sampai tidak ada lagi air yang menempel.
Contoh kerja ± 35 gram ditumbuk/digiling masukkan dalam tabung distilasi + larutan
Tolnen (± 75 ml keseluruhannya) hingga seluruh contoh terendam dalam larutan tersebut.
12
Alat dipasang, maka mulailah proses distilasi hingga seluruh air telah habis ditampung
dalam gelas penampung, sedang kelebihan toluen kembali ke tabung semula.
Dalam proses tersebut kadang-kadang dapat pula terjadi dikomposisi dari bahan organik
yang menghasilkan CO2dan H2O hingga menyebabkan terjadinya hasil penetapan kadar
air yang tinggi. Proses distilasi tersebut relatif lambat karena memerlukan waktu ± 1-4
jam.
Perhitungan
a. Apabila menggunakan metoda oven, kadar air dinyatakan dalam % terhadap berat
semula dengan ketelitian satu desimal. Cara menghitungnya ialah dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
(M2– M3) xM1= berat wadah + tutup dalam gram.M2= berat wadah + isi + tutup dalam gram sebelum dikeringkanM3= berat wadah + isi + tutup dalam gram sesudah dikeringkan
b. Apabila memerlukan pengeringan pendahuluan, maka penghitungan kadar air
menggunakan rumus sebagai berikut:
(S1+ S2) -S1= kadar air pada pengeringan IS2= kadar air pada pengeringan IIS1+ S2dihitung dengan rumus (M2– M3) x13
c. Apabila menggunakan metoda distilasi maka rumusnya:
V = volume air yang ditampung dalam cc (ml)
M = berat contoh kerja dalam gram.
- Toleransi
Toleransi, antara kedua contoh kerja tersebut maximum 0,2%, apabila lebih dari 0,2%,
maka penetapan kadar air harus diulangi, dengan menggunakan contoh kerja yang baru.
- Laporan
Dalam laporan, kecuali menulis % kadar air, hendaknya disebut pula metoda yang
digunakan, misalnya metoda oven 130 °C berdasarkan berat basah.
- Keterangan
Metoda penetapan kadar air yang telah diterangkan di atas adalah merupakan
metoda standar. Metoda tersebut sangat akurat, tetapi memerlukan waktu yang lama
dan ketelitian dalam pelaksanaannya. Metoda lain yang lebih praktis dan dapat
memberikan hasil cepat adalah menggunakan alat-alat pengukur kadar air (moisture
meter); alat tersebut mengukur kadar air benih secara tidak langsung, yaitu dengan
mengukur sifat fisika benih yang langsung dipengaruhi oleh kandungan airnya (daya
hantar listrik dan atau dielektrik konstan). Alat pengukur kadar air yang baik dapat
memberikan hasil yang cukup akurat. Untuk menjaga ketelitian angka-angka pengukuran
tersebut secara periodik perlu diadakan kalibrasi dengan metoda standar.
Tabel 8.1. Jenis benih dengan metode oven suhu rendah konstan (103°C ± 2°C)
No Nama Latin Nama Indonesia 1. Allium cepa Bawang 2. Gapsium spp. Cabe 3. Clycine max * Kedelai 4. Solanum melongena Terong 5 Arachis hypogea * Kacang tanah 6. Brasicca spp. Kol, Petai, Sawi 7. Gossypium spp. * Kapas 8. Ricinus Communis * Japrak 9. Riphanus satiuus Lobak 10. Sesamun indicum Wijen * Benih harus digiling/dihancurkan
Tabel 8.2. Jenis benih dengan metode oven suhu 130°C.
No Nama Latin Nama Indonesia 1. Asparagus sp. Asparagus 2. Beta vulgaris Bit gula 3. Citrullus vulgaris * Semangka 4. Cucumis Ketimun 5. Cucurbis Waluh 6. Dancus carota Wortel 7. Vicia Faba Kacang merah 8. Hordeum vulgare * Jelai 9. Lactuca sativa Krop selada 10. Lycopersicum escultum Tomat 11. Nicotiana tabacum Tembakau 12. Oryza sativa * Padi 13. Pisum sativum * Kacang kapri 14. Phaseolus spp. * Buncis 15. Panicum sp. Rumput gajah 16. Spinacia oleracea Spinach 17. Sorghum spp.* Sorgum 18. Zea mays * Jagung 19. Triticum spp. * Gandum
15
Tabel 8.3. Jenis Benih dengan metoda destilasi toluen
No Nama Latin Nama Indonesia
1. Abies spp. -
2. Cedrus spp. -
3. Fagus spp. -
4. Picea spp. -
5. Pinus Pinus
* Benih harus digiling atau ditumbuk.
Tambahan
Peralatan dan Persyaratan
1. Alat penumbuk biji (seed grinder)
Persyaratan
a. Bahan yang digunakan tidak mengabsorpsi air disekitarnya.
b. Pada saat menumbuk/menggiling sedikit mungkin berhubungan dengan udara luar.
c. Kecepatan putaran yang tinggi dari alat hendaknya jangan menimbulkan panas.
d. Kecepatan putaran dapat diatur hingga besar partikel yang dihasilkan sesuai dengan
ketetapan dalam butir 9, bab penumbukan
2. Oven dan perlengkapannya
2.1. Oven
Oven digunakan ialah oven listrik yang dilengkapi dengan termostat dan
termometer dengan ketelitian 0,5°C. Termostat mempunyai fungsi mengontrol
suhu sesuai dengan yang dikehendaki. Kapasitas pemanasan ialah 103°C ± 2°C,
dengan sifat sedemikian rupa yaitu sesudah pemanasan pendahuluan sampai
mencapai suhu yang diperlukan, kemudian apabila dibuka karena akan
memasukakan wadah-wadah ke dalamnya, maka dalam waktu 15 menit sesudah
semua wadah dimasukkan oven harus dapat mencapai suhu semula.
2.2. Wadah
Bahan yang digunakan ialah yang tahan karat atau bahas porselin gelas dengan
tebal 0,5 mm, mempunyai tutup yang rapat untuk menghindari kehilangan dan
penambahan uap air dari udara. Bagian sisi dari wadah tersebut bundar dan
bagian bawahnya datar. Sebelum digunakan wadah harus dikeringkan pada suhu
130°C selama 1 jam dan didinginkan dalam desikator.
Wadah dan tutup harus diberi nomor yang sama supaya jangan salah
pasangannya, karena pada waktu dimasukkan dalam oven wadah harus dibuka
(wadah + tutup keduanya dimasukkan ke dalam oven).
17
2.3. Desikator
Diameter desikator berkisar antara 20-30 cm.
Desikator yang digunakan ialah Phesphorus pentoxida atau alumina aktif atau
kapur tohor atau silica gel.
3. Alat distilasi
Terdiri dari botol distilasi dengan kapasitas 250 ml yang dihubungkan oleh alat
kondensasi libig dengan gelas penampung hasil distilasi type Bidwell dan Sterling yang
mempunya ukuran dalam ml. setelah proses distilasi selesai, alat tersebut hendaknya
dibersihkan dengan larutan kalium diochromat dalam asal sulfat, dibilasi dengan air
lalu alkohol dan dikeringkan dalam oven.
B. Pengujian Viabilitas Benih Secara Biokimia
(Uji cepat viabilitas benih dengan tetrazolium)1. Tujuan
Tujuan dari pengujian benih secara biokimia adalah untuk mengetahui viabilitas
(daya hidup) benih secara cepat. Cara ini terutama sangat berguna bagi benih-benih yang
memerlukan jangka waktu lama untuk perkecambahannya, atau bagi benih-benih dorman
yang sangat sulit pematahan dormansinya. Dalam kasus pengujian daya tumbuh uji
biokimia ini kadang-kadang digunakan untuk memeriksa apakah sisa benih yang tidak
tumbuh pada akhir pengujian masih hidup atau sudah mati (terutama bagi benih-benih
yang mempunyai sifat dorman, misal padi).
2. Prinsip
Dalam pengujian biokimia, hidup dan matinya benih didasarkan atas zat pewarnaan
dari jaringan sel hidup suatu indikator. Zat yang digunakan sebagai indikator biasanya
adalah 2.3.5. Triphenil Tetrazolium Chlorida/bromide yang berupa tepung berwarna putih
kekuningan dan bersifat larut dalam air. Apabila larutan garam tetrazolium tersebut
diimbibisi oleh benih, maka dengan bantuan enzim dihidrogenase yang terdapat dalam
sel-sel hidup, akan terjadi proses reduksi, hingga terbentuk zat triphenil formazan yang
mengendap dan berwarna merah. Endapan merah ini sangat stabil hingga tidak larut
dalam pencucian. Dengan demikian jaringan yang hidup akan berwarna merah sedang
jaringan mati akan berwarna putih atau tidak berwarna.
Sebagai tambahan dapat disebutkan selain benih hidup dengan pewarnaan yang
sempurna/seluruhnya merah, dan benih mati yang seluruhnya tidak berwarna, terdapat
benih-benih dengan pewarnaan sebagian-sebagian. Perbandingan antara bagian yang
merah dan bagian yang tidak berwarna serta daerah dimana necrotic itu terdapat
menentukan hidup/matinya benih.
3. Bahan yang dibutuhkan
- Benih yang diuji: 4 x 100 butir
- Zat kimia 2.3.5. Triphenyl Tetrazolium Chlorida/ Bromida
- Kertas media
- Air bersih: untuk meredam kertas media dan benih
- Air destilasi/aquadest: untuk melarutkan garam tetrazolium.
4. Peralatan yang dibutuhkan
- Oven
- Pinset
- Scalpel
- Jarum
- Beaker Glass
- Saringan teh
- Timbangan analitik (untuk menimbang garam tetrazolium)
- Stereo Microscope/ kaca pembesar.
5. Cara pelaksaan
1. Membuat larutan 1,0 %, 1 gram garam Tetrazolium dilarutkan dalam 100 ml
aquades.
2. Membuat larutan 0,5 %, 1 gram garam Tetrazolium dilarutkan dalam 200 ml
aquades.
Keterangan: Apabila pH air destilasi/aquades tidak diantara 6,5-7,0 , harus digunakan
larutan buffer.
Pelaksanaan pengujian:
Benih yang telah dipersiapkan diletakkan di antara kertas media yang basah selama
satu malam (+ 16 jam ), atau direndam air dalam gelas piala (beaker glass) selama 18-
20 jam. Pemilihan cara pelaksanaan tahap pertama (pelunakan) ini tergantung dari
jenis benihnya (Tabel 8.4).
Tahap kedua:
Perlakuan terhadap benih agar penyerapan larutan Tetrazolium mudah mencapai
lembaga.
- Perlakuan dengan cara ditusuk, dibelah longitudinal, diiris sejajar/segaris dengan
embrio dan lain-lain.
Penilaian cara perlakuan tergantung dari jenis benihnya (lihat daftar). Untuk benih
Leguminoceae dengan ukuran kecil dan benih Brassicaceae hanya dikupas kulit
bijinya saja.
Selama pelaksanaan pemasukkan/pembelahan/pengikisan/pengupasan benih
harus dijaga jangan sampai kering. Kertas alas untuk mengiris harus basah dan
benih yang telah diperlakukan dimasukkan dalam beaker glass berisi air.
- Setelah benih sejumlah 400 selesai diperlakukan, tuangkan air perendam dengan
jalan ditiriskan pada saringan/kasa plastik (saringan teh).
- Rendam kembali benih tersebut dengan larutan Tetrazolium secukupnya sampai
benih terendam seluruhnya. Lama perendaman tergantung pada jenis benih yang
diuji, jagung 2-6 jam pada suhu 30 0C.
- Segera diletakkan di ruangan gelap/oven dengan suhu 30°C
Untuk mempercepat proses pewarnaan dapat digunakan suhu 40°C
- Lama proses pewarnaan tergantung dari jenis benihnya (Tabel 8.4).
Tahap Ketiga: Evaluasi/pengamatan
Setelah proses pewarnaan biji harus segera diamati:
- Tuang larutan Tetrazolium dengan menggunakan saringan teh, cuci benih di air
mengalir sampai bersih (bebas dari larutan Tetrazolium).
- Rendam dalam air bersih.
- Amati benih satu persatu dengan kaca pembesar, klasifikasikan sesuai dengan
gambar kriteria standar ISTA (terlampir)
- Apabila perlu gunakan mikroskop stereo
- Laporan hasil pengamatan diisi pada kartu uji cepat viabilitas.
21
Tabel 8.4. Perlakuan dan lama pelunakan serta pewarnaan pada uji cepat viabilitas/tetrazolium tes.
Benih
Lama perendaman Metode Pelunakan
dalam larutan
Pengamatan Metode perlakuan untuk
tetrazolium (jam) Dilembap-
Dirend
proses pewarnaan kan antara
am kertas (jam)
(jam)
Pada 30°C
Pada 40°C
Cara
Padi 5-15 2 Diiris diagonal diatas embrio 3-6 2-4 Kupas kulit biji, embrio dibelah
dua
Jagung 5-15 2 Dibelah dua longitudinal tepat
ditengah embrio
2-6 1,5 - 4 Teruskan belas irisan yang
sudah ada sampai putus
Sorgum 5-15 2 Dibelah dua longitudinal tepat
ditengah embrio
2-6 1,5 - 4 Teruskan belas irisan yang
sudah ada sampai putus
Kedelai 10-15 2-4 Langsung direndam
tetrazodium
3-6 2-4 Kupas kulit biji, amati plamula
dengan dibelah dua
Kacang hijau 10-15 2-4 Langsung direndam
tetrazodium
3-6 2-4 Kupas kulit biji, amati plamula
dengan dibelah dua
Kacang tanah 10 -15 4 Kupas kulit biji, direndam
tetrazolium
4-7 3-6 Langsung diamati
Kol/ sawi/ petai 5-15 - Langsung direndam
tetrazolium
5-8 4-8 Kupas kulit biji
Wortel 5-15 - Tusuk dengan jarum bagian
dekat di bawah embrio
5-8 4-8 Dibelah lateral
22
5-15 Terong/ tomat/
- Tusuk dengan jarum bagian
lombok
dekat di bawah embrio
7 6-8 Dibelah lateral
Centrocema/
siratro/
Colopogonium/
Crotalaria/
Lamtoro*)
15-20 - Kupas kulit direndam
tetrazolium
3-6 2-4 Amati plumula + kotaledon +
radicle
Keterangan:
- Konsentrasi larutan Tetrazolium 0,5% untuk benih berukuran kecil dan 1% untuk benih berukuran besar.
- Sebelum drendam dalam larutan tetrazolium, benih harus sudah imbibisi/membengkak sempurna
- Pemilihan metode pelunakan/imbisi berdasarkan tebal/tipisnya kulit biji. Untuk biji berkulit keras *) seperti Centrocema, siratro,
colopogonium, crotalaria, lamtoro dan sebagainya biji harus dilukai (perlakuan pendahuluan) sebelum dilunakan.
- Proses pewarnaan harus berlangsung di ruang gelap. Apabila digunakan suhu 30°C (sama dengan suhu kamar di Negara tropis),
maka bilamana belum tersedia oven, beaker glass dapat ditempatkan di ruangan gelap (missal dalam kardez, laci meja, dan
sebagainya).
23
C. Penetapan Berat 1000 Butir
1. Tujuan : Untuk mengetahui mutu/kualitas suatu benih berdasarkan beratnya.
2. Prinsip : Berat 1000 butir ditetapkan dengan mengambil 100 butir untuk setiap ulangan
yang berasal dari fraksi benih murni ditimbang dan ditetapkan beratnya.
3. Bahan-bahan : Benih yang diuji (dari fraksi benih murni), kantong kertas
Perlatan : Pinset, timbangan analitik untuk menimbang benih, petridish.
4. Cara :
- Dari fraksi benih murni ambil secara acak 100 butir dengan 8 ulangan
- Timbang tiap-tiap ulangan dalam gram dengan ketelitian seperti menimbang contoh
kerja analisa kemurnian.
- Hitung variance (ragam), standar deviasi dan koefisen variasi dengan menggunakan
rumus seperti di bawah ini:
a.
V = variance (ragam) X = berat masing-masing ulangan (dalam gram) n = jumlah ulangan
b.
x = berat rata-rata 100 butir
Penetapan berat 100 butir boleh dihitung apabila:
Koefisien variasi ≤ 6 untuk benih chaffygrass dan ≤ 4 untuk benih lainnya.
Apabila koefisien variasi melebihi dari limit yang ditetapkan seperti tersebut di atas, maka
timbang 8 ulangan lagi, lalu hitung standar deviasi dari 16 ulangan. Apabila masih
melampaui limit, buang ulangan yang menyimpang dari berat rata-rata.
S = Standar deviasi V = variance
c. Koefisien variasi :
24
Berdasarkan berat 100 butir 8 ulangan atau lebih maka berat 1000 butir adalah 10 × x
dengan ketelitian sama dengan contoh kerja analisa kemurnian.
Contoh: Berat 1000 butir gabah adalah:
X X2
X
1
2,542 6,541
X
2
2,549 6,047
X
3
2,376 5,645
X
4
2,378 6,175
X
5
2,495 6,225
X
6
2,397 5,746
X
7
2,382 5,674
X
8
2,542 6,462
∑x = 19,673 ∑ x2 = 48,44
x = 2,460
Harga koefisien variasi ≤ 4,0
maka berat 1000 butir :
10 × x = 10 × 2,460 = 24,60 gram
25
D. Pengujian Daya Berkecambah
Perkecambahan benih merupakan salah satu kriteria yang berkaitan dengan kualitas
benih. Di pihak lain perkecambahan benih juga merupakan salah satu tanda dari benih
yang telah mengalami proses penuaan.
Tujuan Uji Perkecambahan
Tujuan Uji Perkecambahan dapat dibedakan menjadi beberapa macam, antara lain
1. Untuk memperoleh informasi yang berkaitan dengan nilai pernanaman benih:
- Untuk usaha tani, benih merupakan masukan utama yang tidak dapat diganti
dengan masukan lain
- nilai penanaman yang dimaksudkan adalah kemampuan/persentase
perkecambahan dan jumlah kecambah yang dapat nongol ke permukaan lahan,
karena bagi petani yang amat penting adalah berapa persen dari jumlah benih yang
dapat ditanam dapat tumbuh.
2. Untuk membandingkan antar seed lot:
- salah satu kriteria yang dapat dipakai untuk menilai kualitas benih dalam suatu seed
lot adalah berapa persen tingkat viabilitasnya (perkecambahan), karena semakin
tinggi nilai persentasenya, semakin baik kualitas seed lotnya.
- jika memiliki lebih dari satu seed lot benih dari varietas yang sama, maka seed lot
yang harus dipakai terlebih dahulu adalah seed lot yang memiliki persentase
perkecambahan yang lebih rendah, dan yang nilai persentase perkecambahannya
lebih tinggi dipakai untuk musim tanam mendatang karena seed lot ini memiliki
storabilitas yang lebih lama.
3. Untuk menghitung kebutuhan benih dalam usaha tani:
- dengan mengetahui persentase viabilitas benih, berat seribu butir, jarak tanam dan
jumlah benih per lubang, dapat dihitung jumlah benih yang dibutuhkan untuk usaha
tani dengan luas areal tertentu.
26
4. Menilai kualitas benih:
- salah satu parameter yang dapat dipakai untuk menilai kualitas benih adalah
persentase viabilitas. Semakin tinggi nilai persentase viabilitas berarti semakin baik
kualitas benih, terlebih bila parameter yang lain mendukung.
5. Untuk mengetahui tingkat/lanjut deteriorasi:
- benih merupakan suatu kehidupan sehingga akan mengalami proses menua, baik
terjadi secara kronologis maupun secara fisiologis yang disebabkan oleh deraan
alam.
- derajat laju deteriorasi ditentukan oleh besarnya penyimpangan yang terjadi. Salah
satu parameternya adalah nilai persentasi viabilitas benih, karena semakin besar
penyimpangan yang terjadi, persentase viabilitas benih akan menurun.
6. Untuk menduga storabilitas:
- tidak semua benih setelah selesai diproses langsung dipakai untuk usaha tani. Ada
sebagian yang harus disimpan lebih dahulu untuk menanti musim tanam yang tepat,
baru kemudian dipakai.
- selama dalam penyimpanan benih akan mengalami proses menua dan hal ini dapat
dilihat dari turunnya nilai persentase viabilitas yang diperoleh.
- semakin tinggi persentase viabilitas pada awal penyimpanan, jika faktor lain selama
penyimpanan mendukung, maka storabilitas benih semakin panjang.
7. Untuk menentukan apakah nilai persentase viabilitas memenuhi batas nilai ambang
yang sesuai dengan peraturan:
- salah satu persyaratan yang harus dipenuhi agar suatu benih dapat diberi sertifikat
adalah nilai persentasi viabilitas harus sama atau lebih tinggi dari nilai ambang yang
ditentukan oleh peraturan untuk kelas benih tertentu yang diberlakukan oleh
negara penghasil benih.
- jika nilai persentase viabilitas benih di bawah batas minimal maka benih tidak akan
diberi sertifikat.
27
8. Untuk menentukan batas kadaluwarsa sertifikat:
- sertifikat dari benih memiliki batas kadaluwarsa (expire date) masa berlakunya
sertifikat. Hal ini berkaitan dengan kondisi benih.
- lamanya batas kadaluwarsa dari suatu benih ditentukan antara lain oleh kualitas
benih. Salah satu parameter yang dipakai untuk menentukan kualitas benih adalah
nilai persentase viabilitas.
- jika faktor lain mendukung, maka semakin besar nilai persentase viabilitas, semakin
lama pula batas waktu kadaluwarsa masa berlakunya sertifikat yang diterbitkan.
Prosedur
Beberapa hal yang berkaitan dengan prosedur pengujian perkecambahan benih di
laboratorium sertifikasi benih.
1. Working sample:
- secara teoritis working sample untuk pengujian perkecambahan benih
merupakan sebagian dari hasil pengujian kemurnian benih; karena yang ingin
diketahui nilai persentase viabilitasnya adalah benih murni.
- dalam prakteknya, jika hasil pengujian kemurnian benih memiliki persentasi
tinggi, maka sample dapat diambil langsung dari submitted sample.
2. Besarnya working sample:
- berdasarkan ketentuan ISTA, besarnya working sample untuk setiap varietas
dapat berbeda, tetapi untuk benih cerealia dan hortikultura besarnya ditentukan
minimal 400 butir.
- working sample ini dalam pengujian dapat dipecah menjadi empat, delapan dan
enam belas, tergantung dari ukuran benih.
3. Pengamatan:
hasil pengamatan pada waktu melakukan pengujian perkecambahan dibagi menjadi
beberapa macam; antara lain:
a. Kecambah normal:
* pada uji perkecambahan, yang dihitung sebagai kecambah adalah kecambah
yang normal.
28
* kecambah normal yang ada masih perlu diteliti apakah kecambah tersebut
terserang penyakit atau tidak.
* pengamatan terhadap jumlah kecambah normal dilakukan pada periode
tertentu dan diakhiri setelah waktu tertentu sesuai dengan ketentuan.
b. kecambah abnormal.
c. benih keras (hard seed).
d. benih segar tidak berkecambah.
e. benih mati.
Definisi
1. Berkecambah:
- benih dikatakan berkecambah jika dari benih tersebut telah muncul plumula dan
radikula dari embrio.
- plumula dan radikula yang tumbuh diharapkan dapat menghasilkan kecambah yang
normal, jika faktor lingkungan mendukung.
2. Kecambah normal:
- kecambah yang memiliki kemampuan untuk tumbuh menjadi tanaman yang normal
jika ditanam dengan lingkungan yang mendukung, memiliki hypocotyl, epicotyl yang
berkembang biak, tanpa kerusakan terutama pada jaringan pendukung (contact
tissue) dan bagi dicotyledoneae plumula normal.
- untuk Graminae, perkembangan daun pertama baik dan dapat muncul dari
coleoptyl.
- kecambah yang memiliki satu cotykedone bagi monocotyledoneae dan dua
cotyledone bagi dicotyledoneae.
- kecambah dengan sedikit kerusakan, tetapi tampak kuat dan menujukkan
keseimbangan pertumbuhan dari bagian-bagian kecambah:
* pada Zea, Malvaceae, Cucurbitaceae, Leguminosae, kerusakan pada primary
root, tetapi telah tumbuh akar-akar cabang lateral yang banyak dan panjang
yang diperkirakan dapat menopang pertumbuhan kecambah selanjutnya.
29
* kecambah dengan kerusakan superficial, busuk pada bagian-bagian kecambah
tetapi kerusakannya terbatas dan tidak pada jaringan penghubung.
* kecambah dari dicotyledoneae yang memiliki satu cotyledone yang sehat dan
kuat.
- kecambah dari tanaman parenial, jika panjang hypocotyl dan primary root empat
kali panjang benih dengan bagian lain tampak normal.
- kecambah yang membusuk sebagai akibat serangan cendawan/bakteria tetapi
semua bagian kecambah, yaitu plumula, radikula, dan cotyledone, ada dan diyakini
bahwa sumber penyakit tidak berasal dari benih.
3. Kecambah abnormal:
(a) kecambah yang rusak:
* tanpa cotyledone.
* kecambah yang mengalami penyempitan.
* kecambah yang terbelah.
* kecambah yang bagian-bagiannya terputus atau patah.
* kecambah tanpa primary root.
(b) kecambah yang berubah bentuk (deformed)
* kecambah yang lemah dan pertumbuhan bagian-bagiannya tidak seimbang.
* kecambah yang pertumbuhannya spiral.
* kecambah yang plumula dan radikulanya tidak berkembang.
* kecambah yang pucuk atau taruknya membusuk.
* coleoptyl tidak berdaun.
* kecambah yang sukulen atau transparan.
* kecambah yang tidak berkembang lebih lanjut.
(c) kecambah yang membusuk:
* kecambah yang bagian-bagiannya membusuk sehingga tidak dapat berkembang
lebih lanjut/menghambat pertumbuhannya, kecuali dapat dipastikan bahwa
sumber penyakit bukan berasal dari benih (seed born disease).
30
4. Benih keras (hard seed):
- benih Leguminosae dan Malvaceae yang sampai batas akhir pengamatan tetap
keras karena tidak terjadi proses imbibisi karena kulit benih yang impermeabel
terhadap air. Berdasarkan pengujian dengan tetrazolium benih tersebut masih
hidup.
5. Benih segar tidak berkecambah (fresh ungerminated seed):
- benih yang sampai batas akhir pengamatan tidak berkecambah, karena dorman
atau sebab lain, meskipun benih tersebut berimbibisi dan berdasarkan hasil
pengujian dengan tetrazolium benih tersebut hidup.
6. Benih mati (dead seed):
- benih yang sampai batas akhir pengamatan tidak berkecambah, dan tidak dapat
digolongkan ke dalam hard seed maupun fresh ungerminated seed, dan pada
pengujian dengan tetrazolium benihnya terbukti bahwa benih tersebut mati.
7. persentase perkecambahan:
- persentase perkecambahan dihitung dari benih yang berkecambah normal, dibagi
dengan jumlah benih yang dikecambahkan dikalikan 100.
Persentase daya berkecambah dihitung dengan rumus:
∑ KN 1 + ∑ KN 2 + ∑ KN a
DB = ---------------------------------------- x 100%
Jumlah benih yang dikecambahkan
DB = Daya berkecambah
∑ KN 1 = Jumlah kecambah normal pada pengamatan pertama
∑ KN 2 = Jumlah kecambah normal pada pengamatan kedua
∑ KN a = Jumlah kecambah normal pada pengamatan terakhir
31
Pelaksanaan Pengujian
Pengujian perkecambahan selalu dilaksanakan di laboratorium. Hal ini dilakukan atas
dasar beberapa pertimbangan, antara lain:
1. Kondisi lingkungan dapat dimanipulasi:
- selama periode pengujian itu faktor lingkungan dapat dibuat seoptimal mungkin
sesuai dengan persyaratan perkecambahan benih yang diuji sehingga benih
memperoleh peluang yang maksimal untuk berkecambah.
- hasil pengujian perkecambahan dapat menggambarkan kondisi benih yang
sesungguhnya dan bukan disebabkan oleh faktor lingkungan.
- agar pengujian dapat diulang dengan kondisi lingkungan yang relatif sama.
2. Memberi peluang benih untuk berkecambah:
- pengujian yang dilakukan di laboratorium dengan metode pengujian tertentu akan
memberi peluang yang sama bagi semua benih untuk dapat berkecambah.
3. Lama waktu pengujian:
- karena kondisi lingkungan yang memadai, maka waktu yang dibutuhkan untuk
berkecambah relatif lebih singkat.
Pengujian benih di laboratorium dengan faktor lingkungan yang dibuat memadai
untuk perkecambahan benih seringkali dipermasalahkan oleh petani pengguna benih.
Alasannya antara lain sebagai berikut:
1. Hasil pengujian hanya menggambarkan viabilitas benih, sedangkan daya tumbuh benih
tidak, sehingga kemampuan benih untuk bersaing atau beradaptasi dengan kondisi
lahan tidak terlihat.
2. Karena faktor lingkungan selama periode perkecambahan dibuat seoptimal mungkin
maka hasil perkecambahan di laboratorium selalu lebih tinggi daripada kenyataan di
lapangan. Hal ini karena kondisi di lapangan tidak seoptimal di laboratorium sehingga
benih, meskipun dapat berkecambah tetapi sering kali tidak mampu nongol ke
32
permukaan lahan karena daya tumbuhnya tidak baik. Hal ini tentu sangat merugikan
petani pengguna benih.
3. Mengacaukan perhitungan jumlah benih yang dibutuhkan persatuan luas sehingga
petani harus membeli benih dengan jumlah yang lebih banyak dari jumlah benih
berdasarkan persentase viabilitas yang tercantum dalam sertifikat. Akibat benih tidak
dapat berkecambah atau dapat berkecambah tetapi tidak mampu keluar ke
permukaan lahan, maka petani harus melakukan penyulaman.
Salah satu jalan keluar untuk mempertemukan kedua kepentingan tersebut,
pemerintah kemudian mendirikan Balai Pengujian Benih di beberapa daerah, terutama
disentra produksi suatu komoditi dengan harapan hasil pengujiannya dapat mendekati
kenyataan karena kondisi lingkungan hampir sama. Hal ini sangat terasa di Indonesia yang
memiliki areal yang sangat luas dengan kondisi lingkungan yang sangat beragam, dan
waktu tanaman yang tidak sama.
Persiapan Media Perkecambahan
Untuk pengujian perkecambahan dapat dipakai berbagai media perkecambahan.
Untuk melakukan pengujian ini Anda dapat memilih media yang sesuai untuk suatu benih.
Media perkecambahan yang digunakan akan mempengaruhi hasil pengujian.
Media perkecambahan yang biasa dipakai untuk pengujian antara lain:
1. Kertas substrat:
Kertas substrat yang dapat dipakai sebagai media perkecambahan harus memenuhi
syarat-syarat sebagai berikut:
a. tidak mengandung bahan yang bersifat racun, zat penghambat bagi
perkecambahan.
b. dapat menyediakan air yang cukup untuk proses perkecambahan (imbibisi)
untuk periode tertentu yang relatif lama atau selama periode perkecambahan
sehingga tidak setiap waktu harus diberikan tambahan air.
c. homogen, artinya kertas substrat harus dapat menyediakan SOF secara merata,
sehingga dapat memberi peluang yang sama bagi benih yang dikecambahkan.
33
d. kertas substrat harus cukup kuat, tidak mudah rusak oleh pertumbuhan akar
atau plumula, tetapi juga tidak menghambat pertumbuhan kecambah.
e. kertas substrat tidak boleh mengandung mikroorganisme patogen.
2. Pasir:
- karena pertimbangan ekonomis, seringkali untuk pengujian benih varietas tertentu
digunakan media perkecambahan pasir; karena ukuran benih yang relatid besar dan
pasir dapat dipakai lebih dari satu kali.
- jika akan menggunakan pasir sebagai media perkecambahan maka pasir itu harus
memenuhi persyaratan, yaitu antara lain:
a. pasir yang akan dipakai harus diayak dahulu dengan ayakan yang memiliki mata
dengan diameter 0,05 – 0,8 mm, tergantung jenis benihnya.
b. setelah diayak pasir harus dicuci dan disterilkan.
c. perbandingan pasir dengan air tergantung jenis benihnya.
d. jika campuran air dan pasir dikepal tidak ada lagi air yang menetes, maka secara
umum jumlah kandungan air sudah memadai untuk proses imbibisi. Hal ini berarti
bahwa jumlah air sudah memadai dan jumlah oksigen yang tersedia juga cukup.
3. Tanah:
Pengujian perkecambahan seringkali juga memakai tanah sebagai media
perkecambahannya, atau campuran tanah dengan kompos, atau bahkan seringkali
hanya memakai kompos saja. Hal ini dilakukan jika tampak adanya gejala keracunan
jika memakai media lain.
Penambahan kompos pada media tanah digunakan untuk meningkatkan WHC dan
untuk meningkatkan erasi. Perbandingan antara tanah dan kompos tergantung pada
jumlah air yang dibutuhkan untuk perkecambahan dan kondisi tanahnya. Secara umum
media tanah dikatakan cukup memadai apabila media tersebut dikepal makan kepalan
ini akan hancur jika ditekan dengan jari.
Hambatan penggunaan media tanah untuk pengujian perkecambahan, antara lain
sukar dilakukan pengamatan terhadap struktur pertumbuhan akar.
34
Persiapan Benih Sebelum Dikecambahkan
Persiapan benih dan penentuan benih yang akan diuji sangat menentukan
validitas hasil pengujian.
1. Penentuan benih yang akan diuji
Benih yang akan diuji harus benar-benar dapat mewakili populasi dan dipilih secara
acak serta harus dilakukan seobjektif mungkin. Untuk menghindari subjektivitas analis,
ada beberapa cara untuk menentukan benih yang akan diuji:
a. Dipilih dengan tangan (hand counting):
- working sample yang jumlahnya lebih dari 400 butir dihamparkan di meja serata
mungkin, kemudia dibagi sesuai dengan ulangan (4, 8, 16). Dari masing-masing
bagian tersebut diambil benih yang akan dikecambahkan.
- dengan metode ini seringkali faktor subjektivitas masih masuk, karena ada
kecenderungan bagi analis untuk memilih benih yang baik untuk diuji.
b. Papan penghitung (counting board):
- memiliki lubang sesuai dengan ulangan (100, 50, 25), kemudian dilihat apakah
setiap lubang telah berisi benih (setiap lubang satu butir), sisa benih
disingkirkan.
- papan penghitung diletakkan di atas media perkecambahan, kemudian alas papan
penghitung ditarik keluar sehingga benih yang ada pada setiap lubang jatuh ke
media perkecambahan.
- dengan metode ini objektivitas sangat tinggi, karena analis tidak dapat memilih.
c. Vacuum counting:
- alat ini biasanya hanya dipakai untuk benih yang relatif kecil dan dengan metode
perkecambahan uji di atas kertas/uji antar keras.
- alat ini terdiri dari dua bagian, yaitu bagian kepala yang biasa berbentuk bulat,
berlubang sesuai dengan jumlah benih yang dibutuhkan, sedangkan bagian
kedua berupa alat penghisap, seperti penghisap debu.
- cara kerjanya sebagai berikut: bagian kepala ditaburi working sample, kemudian
kran dibuka sehingga benih akan terhisap ke setiap lubang.
35
- perlu diperhatikan apakah setiap lubang sudah terisi maka bagian kepala
tersebut kemudian dibalik sehingga sisa working sample tumpah.
- letakkan bagian kepala di atas media perkecambahan dan kran kemudian
ditutup. Bagian kepala diketok perlahan agar benih jatuh ke media
perkecambahan.
- dengan metode ini objektivitas pemilihan benih yang akan diuji tinggi.
2. Persiapan benih dalam rangka pematahan dormansi
Seringkali benih yang akan diuji perkecambahannya sedang dalam keadaan dormansi.
Kadangkala diperlukan pula suatu perawatan yang dapat merangsang perkecambahan,
antara lain:
a. efek cahaya:
- sebelum dikecambahkan benih seringkali dijemur dalam jangka waktu tertentu,
terutama benih yang memiliki pigmen pada kulit benihnya, karena pigmen
tersebut dapat berfungsi sebagai fotosel yang dapat mengubah cahaya menjadi
energi yang dapat dipakai untuk perkecambahan benih.
b. efek suhu:
- sebelum dikecambahkan benih seringkali perlu mendapat perawatan suhu tinggi
atau rendah untuk merangsang perkecambahannya.
c. penyimpanan kering atau basah selama jangka waktu tertentu sebelum benih
dikecambahkan.
d. predrying:
- benih dikeringkan dengan suhu < 40°C selama periode tertentu, maksimum 7
hari, dengan sirkulasi udara yang baik. Setelah itu benih ditempatkan pada suhu
ruangan.
e. prechilling:
- benih diletakkan di tempat basah/lembab, dengan suhu antara 5-10°, selama 1
sampai 7 hari.
- dipindahkan ke suhu ruangan.
f. prewashing:
36
- benih direndam kemudian dicuci untuk menghilangkan inhibitor yang terdapat
pada permukaan benih.
- suhu air 20-25°C.
g. potasium nitrat:
- kertas substrat dibasahi dengan larutan KNO3.
h. giberellic acid (GA-3) 500 ppm.
i. modifikasi kulit benih dan struktur lain:
- menggunting kulit benih (clipping)
- menusuk kulit benih (piercing)
- menggores kulit benih (scratching)
- membuang pulp yang membungkus benih.
Metode Uji Perkecambahan
Untuk mengecambahkan benih dapat dipakai beberapa metode. Pemilihan metode ini
harus disesuaikan dengan benih yang akan diuji, karena metode pengujian dapat
mempengaruhi hasil pengujian.
Metode pengujian yang sering dipakai adalah:
a. Uji di atas kertas:
- ambil kertas substrat yang telah dibasahi dua atau tiga lembar. Letakkan di cawan
petridis atau cawan persegi. Benih yang akan dikecambahkan kemudian di atur di
atas kertas.
b. Uji di atas kertas dimiringkan:
- perlakuannya sama dengan di atas, tetapi peletakannya di dalam seed germinator
dimiringkan.
c. Uji antar kertas:
- ambil dua atau tiga lembar kertas substrat berukuran 20 x 30 cm yang telah
dibasahi. Lipat di tengahnya.
- lipatan dibuka kembali dan benih kemudian diatur pada salah satu bagian. Kertas
kemudia dilipat kembali. Demikian juga bagian tepinya sehingga jadi sepeti amplop.
37
d. Uji antar kertas dimiringkan:
- sama dengan di atas, tetapi peletakannya di dalam seed germinator dimiringkan.
e. Uji kertas digulung didirikan:
- ambil dua atau tiga lembar kertas substrat berukuran 20 x 30 cm yang telah
dibasahi. Benih kemudian diatur dua atau tiga cm dari sisi memanjang, ditutup
dengan satu lembar kertas dan digulung.
- gulungan ini diletakkan dalam seed germinator dalam posisi berdiri.
- uji ini sering dimodifikasi dengan pemberian plastik untuk memperkuat kertas
substratnya.
Catatan
1. untuk uji viabilitas working sample diambil dari hasil uji kemurnian benih.
2. jika hasil uji kemurnian benih > 98%, working sample dapat diambil dari submitted
sample.
3. jumlah benih yang diuji 400 dengan ketentuan pada waktu mengecambahkan dapat
dibagi 4, 8, 16.
4. benih tidak diberi perlakuan sebelum diuji, kecuali dalam kasus tertentu.
5. jika sebelum pengujian dilakukan perawatan, maka perawatan yang dilakukan
dicantumkan pada waktu memberikan/menerbitkan sertifikat.
6. pada waktu mengecambahkan, jarak antar benih harus cukup lebar.
7. tempat perkecambahan harus dapat menyediakan SOF yang mendukung proses
perkecambahan dan perkembangan kecambah.
8. media perkecambahan harus homogen dan dapat menyediakan cukup air selama
periode perkecambahan.
9. batas waktu pengujian cukup lama (sesuai dengan ISTA) sehingga dapat dipilah
antara yang berkecambah normal dan yang abnormal.
10. perhitungan pertama dilakukan jika sebagian besar kecambah telah berkembang
sedemikian rupa sehingga dapat dipilah antara kecambah normal dan abnormal.
11. kecambah normal, abnormal, membusuk, benih busuk, mati, diambil pada hitungan
pertama.
12. pengamatan dilakukan beberapa kali sampai batas waktu pengujian.
38
13. jika pada akhir batas waktu pengamatan terdapat benih yang mulai berkecambah,
maka dimungkinkan perpanjangan waktu batas akhir.
14. jika kulit benih menghambat perkembangan kecamah, maka kulit benih harus
dilepas.
15. jika hasil perhitungan antara ulangan melampaui batas maka uji perkecambahan
harus diulang.
Persyaratan Seed Germinator
Persyaratan alat pengecambah antara lain:
1. diusahakan suhu dalam germinator dapat diatur antara 10-35°C.
2. selisih suhu tidak boleh lebih dari 1°C.
3. perubahan suhu tidak boleh lebih dari 1 jam antara suhu 10-30°C
4. kelembaban udara diusahakan 100%
5. jika dibutuhkan cahaya, maka cahaya yang masuk jangan mempengaruhi suhu dan
kelembaban dalam germinator.
6. pengaturan suhu dan kelembaban dalam germinator sedapat mungkin dilakukan
secara otomatis.
7. mudah diganti komponen-komponennya.
8. mudah dibersihkan.
Alat Perkecambahan
Untuk mengecambahkan benih dapat dipakai germinator, antara lain:
1. Jacobson atau Copenhagen Table:
- alat ini terdiri dari lempeng tempat meletakkan kertas substrat dan benih.
- kertas substrat diusahakan selalu basah dengan mencelupkan kertas substrat
tersebut ke dalam waterbath.
- untuk mencegah kekeringan, seed bad ditutup dengan tutup yang memiliki lubang
kecil untuk ventilasi, tetapi tidak menyebabkan terjadinya evaporasi.
- pengaturan suhu dilakukan dengan mengatur suhu waterbath atau suhu ruangan.
- alat ini ditempatkan di ruangan dengan cahaya alami atau buatan.
39
2. Germinator cabinet:
- alat pengecambah dengan suhu tetap atau suhunya dapat diubah, dan cahaya
matahari dapat masuk atau tidak.
- alat ini biasa disebut sebagai alat pengecambah kering, di mana perkecambahan
harus dilakukan ditempat tertutup atau tempat yang basah agar benih tidak menjadi
kering dan berkecambah.
- pengaturan suhu dan cahaya diatur secara otomatis.
3. Walking chamber atau ruang perkecambahan:
- suhu dalam ruang perkecambahan konstan dengan suhu tertentu.
- dapat berupa ruangan kering atau basah, dengan atau tanpa cahaya.
- pada prinsipnya tempat pengecambah benih dapat dipindah-pindah dari satu
ruangan ke ruangan lain yang berbeda suhunya.
E. Pengujian Kemurnian Benih
Tujuan dari pengujian kemurnian benih adalah untuk mengetahui komposisi dari
contoh benih yang diuji yang akan mencerminkan komposisi dari kelompok benih
darimana contoh itu diambil dengan cara-cara yang sudah ditetapkan.
Pada prinsipnya pengujian kemurnian benih di laboratorium ialah melakukan analisis
kemurnian fisik (berdasarkan identitas yang telah ditetapkan) dengan jalan memisah
contoh benih ke dalam 3 komponen yaitu (1) komponen benih murni, (2) benih tanaman
lain, dan (3) kotoran benih. Namun untuk benih padi dipisahkan ke dalam 4 komponen
yaitu (1) benih murni, (2) benih varietas lain, (3) benih tanaman lain dan biji gulma, dan
(4) kotoran benih.
Benih murni meliputi varietas dari setiap spesies yang diakui sebagaimana yang
diakui oleh pengirim atau yang ditemui dalam pengujian di laboratoriun. Yang
dikelompokkan kedalam benih murni adalah: (1) benih matang dan tidak rusak, (2) benih
yang ukurannya kurang /pecah tapi lebih dari setengah ukuran asalnya, (3) berkerut,
40
kurang matang, dan sudah berkecambah (bagi benih tertentu) tapi dalam keadaan dapat
ditentukan dengan pasti sebagai spesies yang diakui. Pada biji dari Leguminose,
Cruciverae, Conmiverae, apabila kulit bijinya lepas seluruhnya maka biji tersebut dianggap
sebagai kotoran benih.
Benih tanaman lain atau benih varietas lain meliputi tanaman pertanian yang tidak
termasuk jenis/kultivar yang namanya ditentukan pada label. Yang termasuk ke dalam biji
gulma adalah biji, bublet, dan tuber dari tumbuh-tumbuhan yang dinyatakan sebagai
gulma menurut undang-undang, peraturan resmi atau pendapat umum. Ke dalam benda
mati (kotoran benih) termasuk antara lain : tanah, pasir, sekam, biji hampa, batu, batang,
daun, bunga, potongan kulit kayu dan bentuk-bentuk lain yang menyerupai benih
tanaman dan gulma.
Perbedaan varietas pada benih yang diuji dapat dilihat dari ukuran, bentuk, warna,
panjang/pendeknya rambut, bulu pada ujung lemma, warna pada ujung gabah. Pada
jagung dapat dilihat pada tipe kernel (mutiara, gigi kuda, dsb.), warna biji, ukuran biji,
panjang, lebar, ketebalan dan bentuk biji. Pada kedelai dapat dilihat dari bentuk biji,
ukuran biji, warna hilum, dan warna biji.
Bobot minimum contoh kerja untuk pengujian kemurnian harus memenuhi
persyaratan yang ditentukan (standard ISTA), misalnya padi 60-75 gram, jagung 900 g,
kedelai 500 g, bayam 2g, cabe besar 15g, kangkung 100g, tomat 7g, kacang panjang 100g.
Analisis kemurnian benih merupakan analisis tunggal dengan menggunakan contoh
keja standar ISTA. Apabila hendak melakukan analisa ganda maka digunakan 1⁄2 contoh
kerja dengan 2 kali ulangan.
Hasil pengujian kemurnian dinyatakan dalam persen dengan 2 desimal. Apabila bobot
contoh kerja kurang dari 25 g, persentase bobot dari masing-masing komponen dihitung,
terhadap total bobot semua komponen dan bukan terhadap bobot awal contoh kerja.
Meskipun demikian total bobot tersebut harus dibandingkan dengan bobot awal untuk
mengecek adanya kehilangan atau kesalahan lain (toleransi 1%). Apabila bobot contoh
kerja lebih besar dari 25 gram, persentase bobot dari benih tanaman lain dan kotoran
benih dihitung terhadap bobot awal contoh kerja. Komponen benih murninya tidak perlu
41
ditimbang tetapi dihitung dengan mengurangi angka 100% dengan jumlah persentase
bobot kedua komponen lainnya.
F. Pengujian Kesehatan Benih
Untuk mencegah atau menguragi timbulnya penyakit yang terbawa oleh benih,
sebaiknya digunakan benih yang bebas dari jasad yang bersifat patogenik. Semua
golongan patogen tanaman seperti cendawan, bakteri, virus, dan nematoda dapat
terbawa oleh benih. Untuk mengetahui adanya patogen yang terbawa benih dapat
dilakukan pengujian kesehatan benih.
Maksud dari pengujian kesehatan benih adalah untuk :
1. Mengetahui inokulum yang patogenik, sehingga dapat ditentukan kondisi kesehatan
dari kelompok benih.
2. Mempelajari penyebab dari rendahnya persentase daya tumbuh atau jeleknya
pertumbuhan bibit di lapang.
Pengujian kesehatan benih penting dilakukan karena :
1. Penyakit pada benih dapat mengganggu perkecambahan dan pertumbuhan benih
dengan demikian menurunkan kualitas dan kuantitas hasil.
2. Benih dapat menjadi pengantar baik hama maupun penyakit ke daerah lain dimana
hama dan penyakit itu tidak ada sebelumnya.
Ada berbagai metode yang dapat dipergunakan untuk mendeteksi patogen yang
terbawa benih antara lain pemeriksaan benih kering, pemeriksaan secara perendaman
benih, dan pemeriksaan secara inkubasi. Pemeriksaan secara inkubasi ada 2 metode
yaitu metode kertas atau agar. Pada metode kertas, pengujian didasarkan pada
pertumbuhan inokulum dan kecambah. Dengan ini dapat dilihat macamnya patogen yang
menyerang benih. Pengamatan benih dan kecambah dilakukan setelah diinkubasikan
pada medium kertas. Untuk benih yang sangat mudah terkontaminasi oleh
42
mikroorganisme yang bersifat saprofit perlu diberikan perlakuan dengan larutan klorin 1-
2% sebelum diuji. Pemeriksaan dengan metode kertas ini dapat digunakan untuk
memeriksa adanya Helminthosporium, Fusarium, Phoma, Stemphylium spp, Pennicillium,
Aspergillus, Drechsclera, Botrytis, Colletotrichum, dan lain-lain.
Metode pengujian untuk virus dapat dilakukan dengan:
1. Metode growing on test
2. Metode test plant inoculation
3. Metode serologi
Metode serologi didasarkan pada reaksi antigen dengan antibody yang terdapat dalam
serum dari binatang yang disuntik dengan antigen. Metode ini dikembangkan menjadi
metode immunofluoresence microscopy (IF) dan enzyme linked immunosorbent assay
(Elisa) yang lebih sensitif. Prinsip kerja metode elisa adalah terjadi konyugasi dari enzym
pada antibodi. Enzim yang semula tidak berwarna menjadi berwarna.
Comments
Post a Comment