Skip to main content

BAB I KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA - CHAPTER I HEALTH AND SAFETY SAFETY


  • JENIS - JENIS BAHAYA DAN PROSEDUR K3 DI LABORATORIUM KULTUR JARINGAN
    BAB I KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA - CHAPTER I HEALTH AND SAFETY SAFETY

       Kecelakaan biasanya terjadi karena seseorang mengabaikan keselamatan saat sedang bekerja di laboratium kerja. Jenis bahaya potensial dapat disebabkan oleh radiasi ultraviole, bahan yang mudah terbakar, bahan kimia, kontaminan, dan perlatan yang sedang digunakan.
       Pada proses pembuatan media kultur dan sterilisasi eksplan pekerja selalu berhubungan dengan penggunaan bahan -  bahan kimia bersifat racun yang dapat menciderai dirinya, baik melalui pernafasan maupun sentuhan kulit. Beberapa dari bahan kimia ini yang berpotensi membuat bahaya bagi pelaksana di Laboratorium Kultur Jaringan Tanaman adalah :
  1. Bahan yang bersifat abrasive: Al2O3 (alumina Oksida), Kapur/Calcium Carbonat (CaCO2), Silica dari alumina, besi, cobalt magnesim, dan lain - lain.
  2. Cairan electrolit seperti, HCI, NaOH, H2SO4
  3. Pestisida, Insectisida, Bayclin, dll.
          Agar kita terhindar dari kecelakaan yang tidak diinginkan selama bekerja menggunakan senyawa kimia beracun, maka laboran harus menuggunakan masker pada hidung dan mulut untuk mencegah masuknya senyawa tersebut melalui pernafasan. Untuk mencegah alergi atau cidera pada kult ataupun masuknya racun melalui kulit kita, maka laboran harus menggunakan sarung tangan, alas kaki , dan jas laboratorium

         Pada saat melakukan penanaman atau isolasi eksplan menggunakan LAF, resiko
kecelakaan yang mungkin terjadi adalah terkena radiasi UV, kebakaran, dan tersengat arus listrik. Oleh karena itu pada saat akan bekerja menggunakan LAF, laboran sudah menggunakan jas labor, sarung tangan karet, sendal (kondisi kering), dan masker. Sebelum mulai bekerja, terlebih dahulu lampu UV dimatikan dan segera dijalankan blower. Posisi lampu spritus dengan botol yang berisi peralatan diseksi dan alkohol diatur tidak berdekatan untuk mencegah terjadinya kebakaran.

           Di dalam LAF selalu disediakan pinset yang diletakkan di luar botol yang berisi
alkohol. Apabila terjadi nyala api dalam botol yang berisi alkohol (tempat alat-alat
diseksi), maka pinset tersebut dapat digunakan untuk mengeluarkan peralatan tanam
yang terdapat dalam botol dan segera menutup botol yang ada nyala api tersebut dengan cawan petri. Nyala api akan mati dengan sendirinya karena tidak ada oksigen. Jadi tindakan yang harus diambil jika terjadi nyala api di dalam botol wadah peralatan tanami adalah (1) jangan panik, (2) ambil pinset yang sdh disediakan di luar botol, (3) keluarkan peralatan tanam yang terdapat pada botol yang sedang menyala, (4) ambil cawan petri dan segera tutupkan pada botol tersebut.

            Kecelakaan lain yang mungkin dapat terjadi pada saat bekerja di laboratorium kultur jaringan adalah terbakarnya tangan dan muka/wajah pada saat membuka autoklaf setelah proses sterilisasi selesai. Kecelakaan ini sering terjadi karena pada saat akan mengeluarkan peralatan atau media yang sudah disterilkan, tekanan pada autoklaf belum diturunkan sampai tuntas sehingga pada saat autoklaf dibuka uap panas langsung menerpa tangan dan muka. Hal yang harus dilakukan untuk mencegah kejadian ini adalah
(1) SOP penggunaan alat harus dilaksanakan, (2) laboran harus menggunakan baju lab dan sarung tangan tahan panas, (3) sebelum membuka autoklaf turunkan tekanannya secara perlahan sampai nol, (4) buka tutup secara perlahan dan hati-hati.
           Sumber kecelakaan lain yang jarang diperhatikan namun dapat menyebabkan
penyakit serius pada organ pernafasan seperti paru-paru adalah spora jamur yang sudah memenuhi botol. Media yang terkontaminasi jamur jika tidak segera dikeluarkan dan dibuang, jamurnya akan berkembang memenuhi botol. Pada saat tutup botol dibuka,maka spora jamur berterbangan dan dapat terhisap melalui hidung. Oleh karena itu pada saat mencuci botol kultur selalu menggunakan masker. Sebaiknya botol-botol yang sudah terkontaminasi, sebelum medianya dikeluarkan dari botol disterilkan terlebih dahulu menggunakan autoklaf yang hanya khusus digunakan untuk botol-botol yang terkontaminasi.

  • JENIS - JENIS BAHAYA DAN PROSEDUR K3 DI LABORATORIUM PENGUJIAN MUTU BENIH
           Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) merupakan instrumen untuk
memproteksi pekerja, perusahaan, lingkungan hidup, dan masyarakat sekitar dari
bahaya akibat kecelakaan kerja. Perlindungan tersebut merupakan hak asasi yang
wajib dipenuhi oleh perusahaan. K3 bertujuan untuk mencegah, mengurangi, bahkan
meniadakan risiko kecelakaan kerja (zero accident).
            Semua unit pekerjaan baik di rumah tangga, laboratorium, kebun, ataupun di
kantor selalu berpeluang terjadi kecelakaan selama bekerja. Oleh karena itu setiap
pekerja harus memperhatikan keselamatan dan kesehatan kerja pada saat bertugas.
             Jenis bahaya yang mungkin terjadi di laboratorium pengujian mutu benih pada
saat menetapkan kadar air benih dengan metode oven adalah tersengat listrik dan
terkena cawan panas. Jika oven yang digunakan kondisi tidak baik atau terdapat kabel
jaringan listrik dalam kondisi terbuka, apabila tersentuh hal ini dapat menyebabkan
pekerja tersengat arus listrik. Selain itu stop kontak yang terkena air dapat
menyebabkan korsleting pada alat yang dapat mengakibatkan tersengat listrik bagi
yang menyentuh alat tersebut.

          Prosedur penerapan keselamatan kerja ketika sedang menetapkan kadar air
benih menggunakan metode oven:
(1) pada saat di dalam laboratorium, laboran harus menggunakan alas kaki yang tidak
dapat mengantarkan arus listrik. Alas kaki yang digunakan harus dalam keadaan
kering.
(2) Laboran menggunakan jas labor yang dilengkapi sarung tangan tahan panas .
(3) Menggunakan penjepit cawan saat memasukkan dan mengeluarkan cawan ke/dari
oven.
  • JENIS - JENIS DAN PROSEDUR K3 DI TEMPAT PEMBIAKAN TANAMAN DAN LAHAN PRODUKSI BENIH
                Kemungkinan bahaya yang terjadi pada saat kegiatan pembiakan tanaman atau
pembibitan adalah jatuh dari pohon pada saat mencangkok, terluka benda tajam (pisau)
pada saat memotong entris atau menyayat kulit batang. Sedangkan pada saat di lahan
produksi benih kemungkinan kecelakaan yang terjadi adalah terkena radiasi matahari dan
keracunan pestisida pada saat pengendalian hama secara kimiawi. Prosedur penerapan
K3 pada kegiatan pengendalian OPT menggunakan bahan kimia adalah (1) pekerja
mengenakan sepatu boot, (2) menggunakan pakaian lapang (wearpack), (3) masker, (4)
penutup kepala (caping), (5) jika menyemprot pestisida, arah semprotan searah angin.
Apabila saat pengendalian OPT pestisida mengenai kulit, tindakan yang harus dilakukan
adalah (1) mengganti pakaian dengan yang bersih, (2) mandi atau mencuci bagian yang
terkena pestisida dengan air yang bersih, (3) minum air putih yang banyak, (4) segera ke
petugas kesehatan terdekat.

Hal-hal yang perlu dilakukan dalam pelaksanaan K3

1. Mensosialisasikan kebijakan K3 pada seluruh karyawan dan tenaga kerja
2. Menyediakan sarana kesehatan kerja.
Kebersihan adalah dasar dari cara bekerja yang aman dan sehat. Beberapa
faktor di bawah ini juga harus dijalankan berkaitan dengan kebersihan
lingkungan:
a. Merokok hanya diperkenankan di suatu tempat yang telah ditentukan.
b. Untuk keperluan air minum bagi karyawan, hanya diperbolehkan
menggunakan air mineral dalam kemasan yang telah terjamin kualitas
kebersihannya.
c. Ventilasi udara dan penerangan harus cukup, perawatan terhadap AC harus
diperhatikan untuk menghindari pertumbuhan bakteri.
d. Sarana obat-obatan (kotak P3K) harus tersedia di setiap ruangan dan isinya
harus diperbaharui dan dilaksanakan pemeriksaan berkala.
e. Tempat kerja mempunyai ruang yang cukup lapang dan bebas halangan dari
bahaya.
f. Di laboratorium harus ada tabung kebakaran yang selalu diperiksa pada
kurun waktu tertentu.

3. Mensosialisikan penggunaan alat pelindung diri.
4. Menyediakan alat pelindung diri bagi semua tenaga kerja dan karyawan.
Merupakan kewajiban setiap karyawan untuk memakai alat pelindung diri sesuai
dengan pekerjaan yang dilakukan, sehingga semua SDM yang ada dapat
melindungi diri dari segala resiko yang mungkin terjadi. Jenis-jenis alat pelindung
diri adalah sebagai berikut:
a. Pakaian pelindung : baju lab, pakaian lapang
b. Pelindung respirator : masker
c. Pelindung mata : kaca mata, disesuaikan dengan tempat dan resiko
 pekerjaan yang dilakukan.
d. Pelindung tangan : sarung tangan, disesuaikan dengan tempat dan
 resiko pekerjaan yang dilakukan.
e. Pelindung kaki : sepatu boot, sandal, disesuaikan dengan tempat
 dan resiko pekerjaan yang dilakukan

5. Mensosialisasikan petunjuk penggunaan paralatan
6. Menetapkan kebijakan perlindungan lingkungan, diantaranya melalui:
a. Sistem manajemen pengelolaan limbah.
Sampah harus dibuang dalam tempat sampah yang disediakan serta sesuai
dengan kode warna (colour coding) dan sampah makanan hanya boleh
dibuang ke dalam tempat sampah makanan dan tidak diperbolehkan berada
selama lebih dari 24 jam di tempat sampah.
Warna Hijau : untuk sampah organik (makanan, dedaunan, kertas, dll).
Warna Kuning : untuk sampah anorganik (plastik, mika, kaca, kain, sisa
 bahan tanam, dll).
Warna merah : untuk sampah yang mengandung bahan berbahaya
 (tinta , bahan kimia, tinta printer, spidol, sisa polimer,
 sisa monomer, dll).
b. Penghematan sumber daya alam.
Melakukan usaha-usaha penghematan sumber daya dengan cara
penghematan terhadap pemakaian listrik dan air.
7. Mengadakan pelatihan K3.
Pendidikan dan pelatihan karyawan/laboran diperlukan untuk memastikan bahwa
setiap karyawan mempunyai keahlian yang sesuai dengan pekerjaannya. Begitu
pula dengan pelatihan dibidang K3, diharapkan semua karyawan dapat memahami
pentingnya K3 dilingkungan tempat bekerja.
8. Mensosialisasikan keadaan darurat pada semua karyawan misalnya bahaya
kebakaran

Comments

Popular posts from this blog

BAB VII PENGOLAHAN DAN PENYIMANPANAN BENIH - CHAPTER VII PROCESSING AND SETTLEMENT OF BENEFITS

Viabilitas dan vigor setiap jenis benih tanaman berada dalam keadaan maksimum pada saat buah masak penuh, kecuali benih dalam keadaan dormansi. Sejak benih mencapai masak fisiologis (buah masak penuh), viabilitas dan vigor benih tanaman menurun dan yang dapat kita kerjakan yaitu memperlambat penurunan ini sebesar mungkin. Pengolahan benih bertujuan mempertahankan viabilitas benih yang dicapai pada saat panen dan menekan laju kemunduran/penurunan mutu benih selama proses pengolahan dan penyimpanan benih. Bila tanaman tidak segera dipanen, kemunduran dapat terjadi di lahan produksi. Kadar air benih yang tinggi disertai dengan temperatur yang tinggi di lapang dapat merusak benih, demikian juga oleh cuaca, insekta dan penyakit. Ditambah pula tindakan yang berlebihan dalam panen dan pengolahan untuk menyiapkan benih siap dijual dapat merusak benih akibat kerusakan mekanik. Jumlah kerusakan mekanik yang diderita oleh benih berhubungan sangat erat dengan kadar air benih. Kadar ai...

BAB VI PRODUKSI BENIH (SEED) TANAMAN - CHAPTER VI SEED PRODUCTION (SEED) PLANTS

Pada bab ini, benih yang akan dibahas adalah benih yang diproduksi dalam bentuk biji (hasil fertilisasi/seed). Tahapan yang perlu dilakukan dalam produksi benih tanaman adalah menentukan jenis dan kultivar/varietas benih yang akan diproduksi, menghitung kebutuhan benih, pembibitan, penyiapan lahan produksi, pemeliharaan (pengairan, roguing, penyerbukan, pemupukan, pengendalian hama dan penyakit tanaman), panen dan penangan hasil panen. Benih sumber atau benih yang akan digunakan untuk memproduksi benih haruslah benih yang bermutu dan jelas asal-usulnya. Benih bermutu adalah benih asli (sesuai dengan deskripsi varietas yang akan diproduksi, murni (tidak tercampur dengan varietas lain), viabilitas dan vigor tinggi, sehat (fisik tidak rusak dan tidak membawa patogen), dan bersih (bebas dari kotoran). Dalam sertifikasi benih terdapat 4 kelas benih yang dapat digunakan sebagai sumber benih, yaitu benih dasar, benih pokok, dan benih sebar. Benih dasar adalah keturunan pertama ...